Mungkin nama Boven Digoel (dibaca: Boven Digul) masih begitu asing di telinga beberapa pembaca. Sampai ada beberapa pembaca yang bertanya dari bahasa apa itu Boven Digoel. Tapi, ada juga beberapa pembaca yang sudah mengetahui apaitu Boven Digoel. Namun mereka juga bertanya alasan kita menamai blog ini Boven Digoel.
Boven Digoel di ambil dari nama kelompok Tugas Drama kami. Kami merasa nama ini unik dan bagus untuk di pakai. Sementara itu, Boven Digoel sendiri merupakan salah satu nama desa di daerah suku pedalaman Papua. Tidak banyak yang tahu desa ini, karena letaknya yang memang berada di pedalaman kota yang terkenal dengan keanekaragaman Hayatinya ini
Sedikit bercerita yah tentang Boven Digoel :p
Kabupaten Boven Digoel (bahasa Belanda: boven berarti atas) adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Papua, Indonesia. Ibu Kota Kabupaten ini terletak di Tanah Merah.
Kabupaten Boven Digoel merupakan Kabupaten baru yang dibentuk dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2002, sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Merauke, bersamaan dengan sejumlah kabupaten lain di bagian selatan, yakni kabupaten Asmat dan Kabupaten Mappi.
Dan, did you know? ternyata Boven Digoel itu punya peran juga lho dalam masa Pemerintahan Belanda. Check this out! :D
Boven Digoel pada masa pemerintahan Hindia Belanda
Pada masa pemerintahan ini,
Kabupaten Boven Digoel dikenal dengan sebutan Digul Atas, dan merupakan
tempat pengasingan tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia. Digul
Atas terletak di tepi Sungai Digul Hilir.
Kamp Boven Digoel dipersiapkan dengan tergesa-gesa oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk menampung tawanan Pemberontakan PKI tahun 1926.
Selanjutnya Boven Digul digunakan sebagai tempat pembuangan pergerakan
nasional dengan jumlah tawanan tercatat 1.308 orang. Di antara
tokoh-tokoh pergerakan yang pernah dibuang ke sana antara lain Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Sayuti Melik, Marco Kartodikromo, Chalid Salim, Lie Eng Hok, Muchtar Lutfi, dan Ilyas Ya'kub.
Daerah seluas 10.000 hektar itu berawa-rawa, berhutan lebat, dan sama
sekali terasing. Satu-satunya akses menuju kamp tersebut ialah
menggunakan kapal motor melalui Sungai Digul. Di sepanjang tepian sungai
berdiam berbagai suku yang masih primitif. Karena sarana kesehatan
tidak ada, penyakit menular sering berjangkit, seperti penyakit malaria
yang membawa banyak korban.
Tempat pembuangan tersebut terbagi atas beberapa bagian, yakni Tanah
Merah, Gunung Arang (tempat penyimpanan batu bara), kawasan militer yang
juga menjadi tempat petugas pemerintah, dan Tanah Tinggi. Sewaktu
rombongan pertama datang, Digul sama sekali belum merupakan daerah
permukiman. Rombongan pertama sebanyak 1.300 orang yang sebagian besar
dari Banten, diberangkatkan pada Januari 1927. Pada akhir Maret 1927, menyusul ratusan orang lain dari Sumatera Barat. Mula-mula mereka ditempatkan di Tanah Merah. Dua tahun kemudian, melalui seleksi ketat, sebagian dipindahkan ke Tanah Tinggi.
Pada tahun-tahun pertama, ratusan orang meninggal karena kelaparan
dan sakit. Penderitaan itu menyebabkan banyak orang buangan mencoba
melarikan diri ke Australia.
Mereka menggunakan perahu-perahu kecil buatan sendiri, tetapi sedikit
saja yang berhasil. Sebagian terpaksa kembali, lainnya mati tenggelam.
Pada waktu Perang Pasifik
meletus dan Jepang menduduki Indonesia, tawanan Boven Digoel diungsikan
oleh Belanda ke Australia. Pemindahan itu didasari kekhawatiran tahanan
akan memberontak jika tetap di Boven Digoel. Diharapkan orang-orang
Indonesia yang dibawa ke Australia akan membantu Belanda. Ternyata
tahanan politik itu mempengaruhi serikat buruh Australia untuk memboikot
kapal-kapal Belanda yang mendarat di Benua Kanguru. Setelah sekutu
berhasil memperoleh kemenangan, tawanan itu dikembalikan ke tempat
asalnya di Indonesia.
Merdekaaaaa! :D
Tadi udah bicara soal sejarah, sekarang kita mau share, apa sih keindahan yang ada di Kabupaten ini?
Ternyata Boven Digoel memiliki keindahan alam yang sangat memukau. Potensi pariwisata Kabupaten Boven Digoel, Provinsi
Papua, pernah dipamerkan pada ajang Papua Week di Floriade Expo 2012 di
Venlo, Belanda, 18-23 Mei dan Tong Tong Festival 2012 di Den Haag,
Belanda, 24-28 Mei. Hebat yah? Pameran itu mengusung tema The Exotic of Boven
Digoel.
Di Boven Digoel, para wisatawan juga dapat menikmati keindahan dan eksotisme burung cendrawasih kaisar (Paradisaea guilielmi)
dan Suku Korowai, suku yang baru ditemukan keberadaannya sekitar 30
tahun lalu di pedalaman Papua. Suku terasing ini hingga sekarang hidup
di rumah yang dibangun di atas pohon yang disebut rumah tinggi. That's so amazing .
Nah, itu dia sedikit penjelasan tentang nama Boven Digoel. Kita patut bangga menjadi salah satu bagian dari Bangsa Indonesia, yang sangat kaya akan keanekaragaman suku dan keeksotisan alamnya :D
Sumber:
www.Wikipedia.com
www.Kompas.com
No comments:
Post a Comment